Rabu, 10 April 2013

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERAIRAN



PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI
DIBIDANG PERIKANAN DAN KELAUTAN

INVESTASI IKAN KERAPU
YANG MENGUNTUNGKAN

                                                             Oleh



ADENIA CONSTANSIA SITEPU
110302024














MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013







KATA PENGANTAR


            Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmatNya penulis bisa menyelesaikan Makalah Penggunaan Sistem Informasi di Bidang Perikanan dan Kelautan. Makalah ini bertujuan sebagai salah satu syarat penilaian mata kuliah Sistem Informasi Sumberdaya Perairan.
            Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rusdi Leidonald, SP, M.Sc selaku Dosen Penanggungjawab mata kuliah Sistem Informasi Sumberdaya Perairan yang telah mengarahkan dalam pembuatan Makalah Penggunaan Sistem Informasi di Bidang Perikanan dan Kelautan.
            Akhir kata, saya meminta maaf apabila terdapat kesalahan penulisan maupun ejaan di dalam tugas laporan saya ini.
           





                                                                                                           Medan,    Maret  2013


Adenia C. Sitepu







DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan
1.1     Latar belakang................................................................................... 1
            1.2     Tujuan praktikum............................................................................... 2
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1   SIG.................................................................................................... 3
2.2    Komponen SIG................................................................................. 3
2.3    Peranan Bagi Lingkungan.................................................................... 3
2.4    Pemilihan Tempat............................................................................... 4

BAB III Bahan dan Metode
            3.1 Waktu dan Tempat.............................................................................. 6
3.2 Alat dan Bahan................................................................................... 6
3.3 Prosedur Praktikum.......................................................................................... 6
BAB IV Hasil dan Pembahasan
            4.1 Hasil.................................................................................................... 7
            4.2 Pembahasan......................................................................................... 12
BAB V Kesimpulan dan Saran
            5.1 kesimpulan........................................................................................... 14
            5.2 Saran ................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA








BAB I
PENDAHULUAN


1.1.            Latar Belakang
            Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi akan lebih mudah dilacak disuatu area melalui teknologi ini karena ikan cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu seperti adanya peristiwa upwelling, dinamika arus pusaran (eddy) dan daerah front gradient pertemuan dua massa air yang berbeda baik itu salinitas, suhu atau klorofil-a. Pengetahuan dasar yang dipakai dalam melakukan pengkajian adalah mencari hubungan antara spesies ikan dan faktor lingkungan di sekelilingnya. Dari hasil analisa ini akan diperoleh indikator oseanografi yang cocok untuk ikan tertentu. Sebagai contoh ikan albacore tuna di laut utara Pasifik cenderung terkonsetrasi pada kisaran suhu 18.5-21.5oC dan berassosiasi dengan tingkat klorofil-a sekitar 0.3 mg m-3 (Polovia et al., 2001; Zainuddin et al., 2004, 2006). Selanjutnya output yang didapatkan dari indikator oseanografi yang bersesuaian dengan distribusi dan kelimpahan ikan dipetakan dengan teknologi Sistem Informasi Geografi (Siregar, 2011).
            Data indikator oseanografi yang cocok untuk ikan perlu diintegrasikan dengan berbagai layer pada SIG karena ikan sangat mungkin merespon bukan hanya pada satu parameter lingkungan saja, tapi berbagai parameter yang saling berkaitan. Dengan kombinasi SIG, inderaja dan data lapangan akan memberikan banyak informasi spasial misalnya dimana posisi ikan banyak tertangkap, berapa jaraknya antara fishing base dan fishing ground yang produktif serta kapan musim penangkapan ikan yang efektif. Tentu saja hal ini akan memberi gambaran solusi tentang pertanyaan nelayan kapan dan dimana bias mendapatkan banyak ikan (Abdul, 2008).
            Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki kekayaan laut melimpah, sungguh sangat disayangkan apabila  sumberdaya tersebut tidak dapat dimanfaatkan hanya karena tidak adanya ketersediaan informasi mengenai sumber daya tersebut, terutama sumber daya ikan laut. Sistem informasi geografis perikanan Indonesia dapat memberikan informasi mengenai daerah penyebaran ikan dan lokasi penangkapan ikan di sepanjang wilayah perairan Indonesia. Perancangan sistem ini dimulai dengan melakukan identifikasi dari pihak yang berkepentingan dengan sistem informasi geografis perikanan Indonesia beserta kegiatan yang dapat dilakukan oleh pihak tersebut. Keterhubungan antar obyek dalam sistem ini digambarkan melalui collaboration diagram dan class diagram. Dengan adanya perancangan sistem ini, diharapkan akan dapat mempermudah pembuatan aplikasi sistem informasi geografis yang dapat mempermudah pengguna dalam mencari letak geografis dan informasi dari tempat penangkapan dan penyebaran ikan yang strategis sesuai dengan yang diinginkan               (Ahmad, 2012).
Instrumentasi Kelautan adalah suatu bidang ilmu kelautan yang erhubungan dengan alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks dalam dunia kelautan. Pancaindera manusia memiliki kemampuan daya pisah yang terbatas. Oleh karena itu, banyak masalah mengenai benda atau organisme yang akan di amati hanya dapat diperiksa dengan menggunakan alat bantu         (Hirman, 2009).
Negara Indonesia memiliki sumber daya laut yang melimpah, terutama pada sumber daya perikanan lautnya. Terkait hal tersebut, terdapat beberapa jenis informasi yang berhubungan dengan lokasi geografis wilayah sumber daya perikanan laut di Indonesia (Kartini, 2010).
Pengembangan informasi oleh masing-masing pihak pun tidak seragam. Sebagai contoh, pelaku bisnis akan mendata atau menentukan lokasi bisnis penangkapan yang prospektif berdasarkan lokasi geografis, pihak pemerintah mendata lokasi-lokasi penangkapan beserta potensi pendapatannya. Keterhubungan antar obyek dalam sistem ini digambarkan melalui collaboration diagram dan class diagram (Nopitaari, 2009).
                                                                                                             
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1.      Agar mahasiswa dapat lebih mengerti yang dimaksud dengan arcView
2.      Agar pengaplikasian di bidang perikanan dan kelautan lebih mudah diperoleh datanya.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1  SIG 
SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan  dan memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan,  menyimpan dan menganalisa objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi  merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG  merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani  data yang bereferensi geografi: (a) masukan, (b) manajemen data (penyimpanan dan  pemanggilan data), (c) analisis dan manipulasi data, (d) keluaran.
Secara prinsip tujuan umum pemrosesan data pada teknologi SIG yaitu mempresentasikan (Ernawati, 2008) :
§  Input
§  Manipulasi
§  Pengelolaan
§  Query
§  Analysis
§  Visualisasi
2.2  Komponen SIG
             Komponen utama Sistem Informasi Geografis dapat dibagi kedalam lima komponen utama yaitu :
1.      Perangkat keras (Hardware)
2.      Perangkat Lunak (Software)
3.      Pemakai (User)
4.      Data
5.      Metode
 Untuk mendukung suatu Sistem Informasi Geografis, pada prinsipnya terdapat dua jenis data, yaitu:
§  Data spasial, yaitu data yang berkaitan dengan aspek keruangan dan merupakan data yang menyajikan lokasi geografis atau gambaran nyata suatu wilayah di permukaan bumi. Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta, atau pun gambar dengan format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu.
§  Data non-spasial, disebut juga data atribut, yaitu data yang menerangkan keadaan atau informasi-informasi dari suatu objek (lokasi dan posisi) yang ditunjukkan oleh data spasial. Salah satu komponen utama dari Sistem Informasi Geografis adalah perangkat lunak (software). Dalam pendesainan peta digunakan salah satusoftware SIG yaitu MapInfo Profesional 8.0. MapInfo merupakan sebuah perengkat lunak Sistem Informasi Geografis dan pemetaan yang dikembangkan oleh MapInfo Co. Perangkat lunak ini berfungsi sebagai alat yang dapat membantu dalam memvisualisasikan, mengeksplorasi, menjawab query, dan menganalisis data secara geografis (Djuanda, 2006).

2.3  Peranan Bagi Lingkungan
            Salah satu alternatif yang menawarkan solusi terbaik adalah mengkombinasikan kemampuan SIG dan penginderaan jauh (inderaja) kelautan. Dengan teknologi inderaja faktor-faktor lingkungan laut yang mempengaruhi distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat dan dengan cakupan area yang luas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi di lingkungan :
§  suhu permukaan laut (SST),
§  tingkat konsentrasi klorofil-a,
§  perbedaan tinggi permukaan laut,
§  arah dan kecepatan arus dan tingkat produktifitas primer (Ahmad, 2007).
Di bawah ini disajikan salah satu contoh aplikasi penggunaan SIG dan inderaja pada penangkapan ikan tuna di laut utara Pasific (Gambar 1).  Disini terlihat bahwa dua database (satelit dan perikanan tuna) dikombinasikan dalam mengembangkan spasial analysis daerah penangkapan ikan tuna. Pada prinsipnya ada 4 layer/lapisan data yang diintegrasikan yaitu suhu permukaan laut (SST) (NOAA/AVHRR), tingkat konsentrasi klorofil (SeaWiFS), perbedaan tinggi permukaan air laut (SSHA) dan eddy kinetik energi (EKE) (AVISO). Parameter pertama (SST) dipakai karena berhubungan dengan kesesuaian kondisi fisiologi ikan dan thermoregulasi untuk ikan tuna; sedangkan parameter yang kedua karena dapat menjelaskan tingkat produktifitas perairan yang berhubungan dengan kelimpahan makanan ikan; sementara parameter yang ketiga berhubungan dengan kondisi sirkulasi air daerah yang subur seperti eddy dan upwelling ; dan parameter terakhir berhubungan dengan indeks untuk melihat daerah subur dan kekuatan arus yang mungkin mempengaruhi distribusi ikan. Data penangkapan ikan tuna (lingkaran putih pada peta yang ditunjukkan dengan tanda panah) diplot pada peta lingkungan yang dibangkitkan dari citra satelit. Sedangkan panel atau layer yang paling atas menunjukkan peta prediksi hasil tangkapan (Akbar, 2010).

2.4  Pemilihan Tempat
Pemilihan tempat penangkapan yang strategis sangat penting, karena dengan pemilihan yang tepat akan menghasilkan hasil yang sesuai dengan yang di harapkan, untuk mendapatkan hasil yang lebih dari yang diharapkan maka dibutuhkan SIG dalam bidang perikanan. Sistem Informasi Geografis yang akan dibangun dibatasi pada pencarian tempat penangkapan ikan yang strategis di negara Indonesia khususnya pada jenis ikan pelagis besar dan pelagis kecil. Ikan pelagis adalah ikan-ikan yang bergerak bebas di permukaan dan pertengahan perairan. Jenis ikan pelagis dipilih karena jenis ikan ini merupakan hasil ekspor terbesar bagi Indonesia dan merupakan  jenis ikan yang banyak terdapat di wilayah perairan Indonesia (Tambunan, 2009).
Beberapa yang termasuk ke dalam kelompok ikan pelagis besar adalah cakalang (Katsuwonus pelamis), tuna (Thunnus spp), dan tongkol (Euthynnus spp). Beberapa yang termasuk ke dalam kelompok ikan pelagis kecil adalah kembung (Rasralliger), layang (Decapterus), tembang (Sardinella spp), dan selar (Selaroides spp). Selain tempat penangkapan ikan, pemakai SIG dapat melihat dan mengetahui informasi dari jenis-jenis ikan yang terdapat di tempat tersebut (Weger, 2011).








BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil

                                                     Gambar 1. Sistem pengindraan Jauh



                                                  Gambar 2. Keramba Ikan Kerapu


                                                     Gambar 3. Grading benih ikan kerapu


4.2 Pembahasan
            Secara spesifik hasil penelitian pendugaan potensi ikan pelagis menggambarkan bahwa tingkat pemanfaatan ikan cakalang masih sekitar 15.39% dari jumlah hasil tangkapan yang diperbolehkan (JTB) . Tingkat ekploitasi untuk ikan layang masih berkisar 49.7% dari JTB. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat hasil tangkapan (produksi) masih perlu ditingkatkan guna memanfaatkan segenap potensi sumberdaya ikan yang ada di Perairan Selayar. Terkait dengan kebijakan perikanan tangkap di Indonesia, mekanisme pengelolaannya ditentukan oleh nilai MSY. Dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian, sasaran pengelolaan perikanan tangkap telah ditetapkan 80% dari nilai MSY (DKP, 2005).
            Ada dua database yang digunakan yaitu fisheries database dan satellite database. Kedua database tersebut dikombinasikan untuk mendapatkan kondisi lingkungan yang disukai ikan tuna. Dengan menggunakan software GIS (system informasi geografi), daerah potensial ikan tuna dapat dideteksi dari indikator lingkungan yang suitable (cocok) dengan menggunakan peta prediksi dan peta kontur. Kemudian daerah itu diperjelas (Enhancement) menggunakan peta peluang (Envirinmental probability map) dari gabungan faktor-faktor lingkungan dan data perikanan. Potensial habitat ini selanjutnya diuji menggunakan mode statistik untuk memastikan dan memprediksi daerah penangkapan yang produktif. Dan, dari hubungan kelimpahan ikan dengan indikator faktor lingkungan yang sesuai digunakan untuk mensimulasikan jalur migrasi ikan tuna dengan basis database dari suhu lingkungan.
            Aplikasi database dalam bidang perikanan dan kelautan telah mengalami banyak kemajuan yang bisa kita lihat dan akses lewat internet. Sebagai contoh FIGIS (Fisheries Global Information System) menyediakan berbagai informasi seperti statistik perikanan, peta sebaran ikan menurut spesies, issue dan topik perikanan aktual, budidaya, perikanan laut dan teknologi penangkapan. FAO juga menyediakan data dan informasi penting bagaimana profil perikanan di suatu negara dapat dipilih dengan mudah melalui situsnya.
            Disini terlihat bahwa dua database (satelit dan perikanan tuna) dikombinasikan dalam mengembangkan spasial analysis daerah penangkapan ikan tuna. Pada prinsipnya ada 4 layer/lapisan data yang diintegrasikan yaitu suhu permukaan laut (SST) (NOAA/AVHRR), tingkat konsentrasi klorofil (SeaWiFS), perbedaan tinggi permukaan air laut (SSHA) dan eddy kinetik energi (EKE) (AVISO). Parameter pertama (SST) dipakai karena berhubungan dengan kesesuaian kondisi fisiologi ikan dan thermoregulasi untuk ikan tuna; sedangkan parameter yang kedua karena dapat menjelaskan tingkat produktifitas perairan yang berhubungan dengan kelimpahan makanan ikan; sementara parameter yang ketiga berhubungan dengan kondisi sirkulasi air daerah yang subur seperti eddy dan upwelling ; dan parameter terakhir berhubungan dengan indeks untuk melihat daerah subur dan kekuatan arus yang mungkin mempengaruhi distribusi ikan. Data penangkapan ikan tuna (lingkaran putih pada peta yang ditunjukkan dengan tanda panah) diplot pada peta lingkungan yang dibangkitkan dari citra satelit. Sedangkan panel atau layer yang paling atas menunjukkan peta prediksi hasil tangkapan.






BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN


4.1    Kesimpulan
Adapun hasil yang didapat adalah sebagai berikut :
1.    GIS adalah sebuah teknologi yang mampu merubah besar-besaran tentang bagaimana sebuah aktivitas bisnis diselenggarakan. Teknologi GIS memungkinkan Anda untuk melihat informasi bisnis Anda secara keseluruhan dengan cara pandang baru, melalui basis pemetaan, dan menemukan hubungan yang selama ini sama sekali tidak terungkap.
2.    Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan informasi yang berguna (Curran, 1985). Foto udara, citra satelit, dan citra radar adalah beberapa bentuk penginderaan jauh.
3.    Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu ilmu untuk mendapatkan informasi mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra yang diperoleh dari jarak jauhSIG dapat dikatakan sebagai system, subsitem, serta supersistem. Pengkasifikasian ini tergantung melihat SIG tersebut dikondisikan.
4.    SIG sebagai subsistem karena tedapat sub-sub system SIG yang tediri atas beberapa element yang bersatu atau terintegritas yang memiliki tujuan yang sama beberapa subsistem SIG dapat dijabarkan. SIG sebagai sistem karena memiliki beberapa subsistem antara lain subsistem penyimpanan, sub system manipulasi, subsistem input.

4.2 Saran
            Agar mahasiswa mengetahui mengaplikasikan sistem informasi dalam pengembangan budidaya perairan di Indonesia.








DAFTAR PUSTAKA



Abdul, M. 2008.  Metode Penangkapan Ikan.  Yayasan Dewi Sri.  Bogor.
Ahmad, M. 2012. Pengindraan Jauh dan SIG. Nuansa Geografi SMA/MA Kelas XII, Jakarta [6 April 2013]

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan. 2007. Data Base Potensi Kelautan dan Perikanan Wilayah Pesisir dan Kepulauan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.

Akbar, K. 2010. Sistem Informasi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perikanan Tangkap di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Skripsi Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap IPB, Bogor              [6 April 2013]

Djuanda, S. 2006. Strategi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berbasis Ekosistem Di Pantura Barat Provinsi Jawa Tengah. Skripsi Fakultas Ekonomi UNDIP, Semarang [6 April 2013].

Ernawati, A. 2008. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Hirman, E. 2009. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Penerbit Informatika. Bandung.
Kartini. 2010. Studi Daerah Penangkapan Rawai Tuna Di Perairan Selatan Jawa Timur-Bali Pada Musim Timur Berdasarkan Pola Distribusi Suhu Permukaan Laut Citra Satelit Noaa-Avhrr & Data Hasil Tangkapan. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Program Studi Psp. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nopitasari, S. 2009. Aplikasi Satelit Aqua Modis Untuk Memprediksi Model Pemetaan. Jurnal Ilmu Kelautan Vol. 14 No. 126-131 [6 April 2013].

Siregar, S. 2011. Aplikasi Satelit Sistem Informasi Vol. 15 No. 127-141               [6 April 2013].

Tambunan, L. 2009. Pengenalan SIG. Skripsi Fakultas Ekonomi UNDIP, Semarang [6 April 2013]

Weger, R. 2011. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Penerbit Informatika. Yogyakarta.






























Tidak ada komentar:

Posting Komentar